Sebanyak 69 mahasiswa STKIP PGRI Pacitan, Jawa Timur, diterjunkan ke pelosok desa dalam rangka menjalankan program Merdeka Belajar dan Kampus Mengajar (MBKM). Selama beberapa minggu ke depan, mereka akan fokus pada sekolah-sekolah yang masuk kategori membutuhkan pendampingan khusus, seperti wilayah blank spot, daerah terpencil, atau sekolah yang termarjinalkan.
“Program ini adalah proyek kemanusiaan. Tagline yang digunakan pemerintah adalah mengajar dan berdampak manfaat,” ujar Dr. Mukodi, Ketua STKIP PGRI Pacitan, Kamis (16/2/2023).
Program Kampus Mengajar angkatan 5 ini melibatkan 10 dosen pembimbing lapangan yang akan mendampingi mahasiswa di 18 sekolah dasar, termasuk SDN 2 Borang, SDN 4 Kemuning, SDN 1 Mujing, SDN Mangunharjo, hingga SDN 5 Jeruk.
Inspirasi bagi Siswa dan Guru
Dr. Mukodi berharap mahasiswa dapat menjadi model uswatun hasanah di sekolah, memotivasi siswa untuk bercita-cita melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi. “Kami ingin mahasiswa memberi contoh ideal melalui inovasi pembelajaran yang menyenangkan dan bermanfaat untuk jangka panjang,” jelasnya.
Mahasiswa STKIP PGRI Pacitan juga bertugas mengenalkan teknologi kepada guru, termasuk cara menggunakan perangkat media dan pembuatan email, sejalan dengan penerapan metode blended learning yang dianjurkan pemerintah.
Tantangan dan Harapan
Menurut Mukodi, tantangan program ini cukup besar. Selain mendampingi siswa di sekolah, mahasiswa juga diharapkan mampu menjadi solusi atas kendala pendidikan yang selama ini dihadapi. “Figur dosen dan mahasiswa sangat penting dalam pelaksanaan program ini, karena mereka tidak hanya belajar tetapi juga mengajar,” tegasnya.
Dengan dedikasi dan inovasi, program ini diharapkan memberikan dampak nyata bagi pendidikan di daerah terpencil, sekaligus mewujudkan semangat Merdeka Belajar di seluruh pelosok negeri.